• RSS
  • Twitter

Jumat, 02 April 2010

Membentuk Manusia Berakhlak

Manusia Berakhlak, What this is???

Manusia berakhlak adalah manusia yg memiliki kepribadian Dermawan, murah senyum, rendah hati, & tidak Sombong.

Ajaran-ajaran akidah Islam mempunyai perhatian khusus terhadap Akhlak. karena dengan akhlak yg bagus, maka akan terbentuklah pribadi yang mulia & terhormat.

1. Pahala Ukhrawi bagi Orang yang Berakhlak Mulia.

Akidah menjanjikan pahala yang besar dan derajat yang tinggi di akhirat kelak bagi orang yang berakhlak mulia, dan siksa yang pedih bagi orang yang berakhlak tidak terpuji dan menyembah hawa nafsunya.
Rasulullah saww bersabda:
إِ
إ(Orang yang berakhlak terpuji dapat menyamai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam).[9]

Beliau berwasiat kepada Bani Abdul Muthalib:
(Wahai Bani Abdul Muthalib, sebarkanlah salam, sambunglah tali kekerabatan, berilah makan (kepada orang-orang fakir) dan bertutur katalah yang baik, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat).[10]

(Akhlak yang terpuji dapat mencairkan kejelekan sebagaimana matahari mencairkan es).[11]
Imam Ash-Shadiq a.s. juga berkata: “Sesungguhnya Allah SWT akan memberikan pahala kepada hambanya karena akhlaknya yang terpuji seperti Ia memberi pahala kepada seorang mujahid di jalan Allah”.[12]

Perlu disinggung di sini bahwa terdapat hubungan yang erat antara dikabulkannya amal seseorang secara umum dan ibadahnya secara khusus dengan akhlak. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saww mendengar seorang perempuan yang berpuasa dan mencela tetangganya. Kemudian Rasulullah saww mengundangnya makan. Ketika mereka sudah duduk di samping hidangan, beliau berkata kepadanya: “Makanlah!” “Saya sedang berpuasa”, jawab perempuan itu singkat. Beliau berkata kepadanya: “Bagaimana engkau berpuasa sedang engkau mencela tetanggamu?”[13]

PEMBINAAN AKHLAK


PEMBINAAN AKHLAK

Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya.

Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.

Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”.

Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.[2]
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut.

Seseorang datang kepada Rasulullah saww dari arah muka dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah saw menjawab: ”Akhlak yang mulia”. Kemudian laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kiri dan bertanya: “Apakah agama itu?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”. Lalu laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kanan dan bertanya: “Apakah agama itu?” “Akhlak yang mulia”, jawab beliau untuk yang ketiga kalinya. Akhirnya lali-laki itu mendatangi beliau dari arah belakang dan bertanya: “Apakah agama itu?” Rasulullah saww menoleh kepadanya dan bersabda: “Apakah kau tidak memahami agama? Agama adalah hendaknya engkau jangan suka marah”.[4]

Allamah Thabathaba’i menulis: “Akhlak tidak akan dapat membahagiakan sebuah masyarakat dan mengarahkan manusia untuk memperbaiki amalnya kecuali jika akhlak itu bersandar kepada tauhid. Yaitu keyakinan bahwa alam semesta, termasuk manusia memiliki Tuhan Yang Esa dan abadi yang segala sesuatu tidak tersembunyi dari ilmu-Nya dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menundukkan kekuasaan-Nya. Ia mencipatakan segala sesuatu dengan aturan yang terbaik, tidak karena Ia butuh kepadanya. Ia akan membangkitkan mereka kembali dan menghisabnya. Setelah itu, Ia akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik karena perbuatan baik (yang pernah ia kerjakan di dunia) dan menyiksa orang yang berbuat jelek karena kejelekan (yang pernah perbuat di dunia). Kemudian mereka akan kekal dalam nikmat atau siksa.

Dan jelas, jika akhlak berlandaskan kepada akidah semacam ini, maka tugas manusia hanyalah mengharapkan keridlaan Allah dalam segala tingkah lakunya. Taqwa adalah faktor penolak internal bagi manusia dari mengerjakan dosa. Seandainya akhlak tidak bersandarkan kepada akidah ini (akidah tauhid), niscaya tujuan utama manusia dalam setiap tingkah lakunya adalah berfoya-foya dengan kenikmatan dunia yang fana dan tenggelam dalam lautan kehidupan materi.[6]